
Uji Spearman menjadi salah satu topik penting dalam analisis data yang sering dibahas mahasiswa maupun peneliti pemula. Pemahaman yang baik terhadap uji ini membantu peneliti memilih metode analisis yang tepat sekaligus memastikan hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Banyak kasus menunjukkan peneliti keliru memilih metode statistik, sehingga interpretasi data pun salah arah. Karena itu, peneliti perlu memahami konteks dan kondisi kapan harus menggunakan uji Spearman.
Bagi sebagian praktisi, kebingungan sering muncul saat membedakan uji Spearman dengan uji Pearson. Keduanya memang sama-sama digunakan untuk melihat hubungan antarvariabel, tetapi syarat penggunaan dan jenis data yang dianalisis berbeda. Kesadaran terhadap perbedaan ini membantu peneliti menghindari kesalahan metodologis sekaligus menjaga kualitas hasil penelitian.
Artikel ini hadir untuk memberikan gambaran menyeluruh yang mudah dipahami oleh mahasiswa, peneliti, maupun praktisi data. Pembahasan mencakup konsep dasar, kondisi ideal penggunaan uji Spearman, serta panduan praktis melakukan analisis dengan perangkat lunak statistik seperti SPSS. Dengan pemahaman yang utuh, pembaca dapat lebih percaya diri menerapkan uji Spearman dalam penelitian nyata.
Apa Itu Uji Spearman?
Uji Spearman atau Spearman’s Rank Correlation merupakan teknik analisis statistik non-parametrik yang banyak digunakan dalam penelitian sosial, psikologi, pendidikan, hingga ilmu kesehatan. Tujuan utamanya adalah mengukur kekuatan sekaligus arah hubungan antara dua variabel.
Disebut non-parametrik karena uji ini tidak menuntut asumsi khusus, misalnya data harus berdistribusi normal. Justru, fleksibilitas inilah yang membuat Spearman menjadi alternatif utama saat data tidak normal atau berbentuk ordinal.
Salah satu keunggulan Spearman terletak pada kemampuannya mengolah data ordinal—data yang berbentuk peringkat atau urutan. Contohnya peringkat hasil tes siswa, preferensi konsumen, atau tingkat kepuasan responden pada skala tertentu. Selain data ordinal, Spearman juga dapat digunakan untuk data interval maupun rasio yang tidak memenuhi asumsi normalitas.
Berbeda dengan uji Pearson yang mensyaratkan hubungan linear, Spearman cukup mendeteksi hubungan monotonic, yaitu pola naik atau turun yang konsisten. Artinya, meskipun hubungan antarvariabel tidak lurus sempurna, Spearman tetap mampu mengukurnya.
Dengan fleksibilitas tersebut, uji Spearman menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi peneliti. Analisis data bisa dilakukan meskipun kondisi tidak ideal, dan hasilnya tetap valid, akurat, serta dapat diandalkan.
Rumus Uji Spearman
Rumus umum yang digunakan dalam uji Spearman adalah sebagai berikut:

Keterangan Koefisien Korelasi Spearman:
Koefisien korelasi Spearman, disimbolkan 𝑟ₛ, digunakan untuk mengukur kekuatan serta arah hubungan antara dua variabel berdasarkan peringkat data. Nilai 𝑟ₛ dihitung dari selisih peringkat tiap pasangan data (𝑑ᵢ), lalu diproses melalui rumus Spearman. Jumlah pasangan data (𝑛) berpengaruh terhadap hasil; semakin banyak data, semakin stabil nilai estimasi 𝑟ₛ.
Nilai koefisien Spearman berada pada rentang -1 hingga +1, dengan interpretasi berikut:
- +1 → Hubungan positif sempurna; setiap kenaikan variabel pertama selalu diikuti kenaikan variabel kedua.
- -1 → Hubungan negatif sempurna; kenaikan variabel pertama selalu diikuti penurunan variabel kedua.
- 0 → Tidak ada hubungan monotonic; perubahan pada satu variabel tidak berhubungan dengan variabel lain.
Semakin mendekati +1 atau -1, hubungan antarvariabel semakin kuat. Sebaliknya, nilai yang mendekati 0 menandakan hubungan lemah atau tidak signifikan.
Pemahaman terhadap 𝑟ₛ sangat penting sebelum menarik kesimpulan penelitian. Dengan interpretasi yang tepat, peneliti dapat menilai kualitas hubungan antarvariabel, menentukan arah analisis selanjutnya, serta menyajikan laporan penelitian yang lebih akurat dan objektif.
Mengapa Harus Menggunakan Uji Spearman?
1. Fleksibilitas Data
Uji Spearman dapat diterapkan pada data ordinal maupun interval/rasio yang tidak berdistribusi normal. Berbeda dengan uji Pearson yang mengharuskan normalitas, Spearman tetap valid meskipun data tidak ideal, misalnya ketika distribusi miring atau terdapat penyimpangan. Kondisi ini sering ditemui dalam penelitian sosial, psikologi, pendidikan, hingga kesehatan. Dengan fleksibilitas tersebut, peneliti tetap bisa memperoleh informasi hubungan antarvariabel yang dapat dipercaya, sekaligus menjadikannya dasar yang valid untuk pengambilan keputusan maupun pengembangan teori.
2. Mudah Dipahami
Konsep uji Spearman sederhana: membandingkan peringkat antar variabel untuk melihat hubungan monotonic. Kesederhanaan ini memudahkan mahasiswa, peneliti pemula, dan praktisi data dalam membaca dan menginterpretasikan hasil. Tidak memerlukan perhitungan kompleks, sehingga analisis lebih cepat, praktis, dan efisien.
3. Alternatif dari Uji Pearson
Spearman sangat berguna ketika uji Pearson tidak bisa digunakan, misalnya karena data tidak berdistribusi normal, distribusinya miring, atau terdapat banyak outlier. Selain itu, Spearman dapat digunakan pada data ordinal, yang memang tidak bisa dianalisis dengan Pearson. Dengan demikian, uji ini memperluas cakupan metode statistik dan memberi peneliti keleluasaan memilih teknik analisis sesuai dengan karakteristik data yang dimiliki.
Cara Melakukan Uji Spearman di SPSS
Bagi pemula, menggunakan SPSS untuk melakukan uji Spearman adalah pilihan praktis. Berikut langkah-langkahnya:
1. Menyiapkan Data
Pastikan data sudah rapi dan siap dianalisis di SPSS. Setiap variabel harus jelas serta sesuai indikator penelitian. Periksa kembali apakah ada data kosong atau salah input. Untuk data ordinal atau kategorikal, gunakan pengkodean yang konsisten, misalnya skor kepuasan 1–5. Persiapan data yang matang akan membuat proses analisis lebih lancar dan hasil lebih valid.
2. Membuka Menu Korelasi
Dari menu utama SPSS, pilih Analyze → Correlate → Bivariate. Pada menu ini tersedia beberapa metode korelasi, termasuk Pearson dan Spearman. Memahami menu tersebut penting agar peneliti tidak salah memilih metode dan bisa memanfaatkan output seperti nilai korelasi dan signifikansi dengan benar.
3. Memilih Variabel
Masukkan dua variabel yang ingin diuji ke kolom Variables. Pastikan variabel tersebut relevan dan sudah dikodekan dengan benar. Kesalahan dalam pemilihan variabel atau pengkodean, khususnya pada data ordinal, dapat menyebabkan hasil analisis menyesatkan.
4. Memilih Spearman
Pada bagian Correlation Coefficients, centang opsi Spearman. Metode ini menghitung koefisien berdasarkan peringkat, sehingga sangat cocok digunakan untuk data ordinal atau data yang tidak berdistribusi normal. Dengan cara ini, hubungan monotonic antarvariabel bisa dianalisis secara lebih tepat.
5. Menjalankan Analisis
Klik OK untuk menjalankan analisis. SPSS akan menampilkan output berupa nilai koefisien Spearman (𝑟ₛ) serta tingkat signifikansi (p-value). Dari sini, peneliti dapat menilai arah hubungan (positif atau negatif) dan kekuatannya. Hasil tersebut menjadi dasar dalam melakukan interpretasi maupun analisis lanjutan.
Interpretasi Hasil Uji Spearman di SPSS
1. Signifikansi (p-value)
- Perhatikan kolom Sig. (2-tailed) pada tabel output.
- Sig. < 0,05 → hubungan antarvariabel signifikan secara statistik.
- Sig. > 0,05 → hubungan tidak signifikan, artinya perubahan pada satu variabel tidak memengaruhi variabel lain secara berarti.
2. Arah Hubungan
Lihat nilai koefisien Spearman (𝑟ₛ):
- 𝑟ₛ positif (+) → hubungan searah; jika satu variabel naik, variabel lain juga cenderung naik.
- 𝑟ₛ negatif (–) → hubungan berlawanan; jika satu variabel naik, variabel lain cenderung turun.
3. Kekuatan Hubungan
Kekuatan korelasi ditentukan oleh nilai absolut 𝑟ₛ:
- 0,00 – 0,19 → sangat lemah
- 0,20 – 0,39 → lemah
- 0,40 – 0,59 → sedang
- 0,60 – 0,79 → kuat
- 0,80 – 1,00 → sangat kuat
Aspek | Uji Spearman | Uji Pearson |
---|---|---|
Jenis Data | Ordinal, interval/rasio non-normal | Interval/rasio normal |
Asumsi | Tidak perlu normalitas | Harus normal |
Hubungan | Monotonik | Linear |
Simbol | 𝑟ₛ | 𝑟 |
Dengan tabel ini, pemula bisa lebih mudah memahami kapan harus memilih uji Spearman atau uji Pearson.
Kesimpulan
Uji Spearman merupakan metode korelasi non-parametrik yang fleksibel dan bermanfaat bagi peneliti yang bekerja dengan data ordinal atau data interval/rasio yang tidak berdistribusi normal. Metode ini membantu peneliti memahami arah dan kekuatan hubungan antarvariabel tanpa terikat pada asumsi normalitas, sehingga menjadi solusi praktis dalam penelitian sosial, pendidikan, kesehatan, maupun bisnis.
Mahasiswa dan peneliti pemula perlu memahami setiap langkah uji Spearman—mulai dari menyiapkan data, menjalankan analisis di SPSS, hingga menafsirkan output. Dengan prosedur yang tepat, mereka dapat memperoleh hasil analisis yang akurat, menyajikan interpretasi yang valid, dan menyusun kesimpulan penelitian yang dapat dipercaya. SPSS juga mempermudah proses analisis serta mengurangi risiko kesalahan manual.
Bagi peneliti yang menghadapi data tidak normal atau berbentuk ordinal, uji Spearman menawarkan alternatif efektif dibandingkan uji Pearson. Dengan pemahaman yang baik dan latihan konsisten, peneliti bisa memanfaatkan uji Spearman untuk menghasilkan analisis korelasi yang andal, mendukung hipotesis, serta menyusun rekomendasi berbasis data. Hubungi kami untuk panduan lebih lanjut atau konsultasi analisis SPSS.
Baca juga: Perbedaan Uji T Independen vs Paired Sample: Mana yang Cocok untuk Penelitian Mahasiswa
Leave a Reply